Rabu, 31 Agustus 2011

Konsep diri (self-concept)



Definisi
Sheavelson, Hubner dan Stanton (1976) mendefinisikan konsep diri sebagai, ‘persepsi seseorang mengenai dirinya hasil pengalamannya dengan persekitaran dan dipengaruhi penegehuan yang diterimanya dari orang-orang yang dianggapnya penting dalam persekiran tersebut’.
Shavelson et al. (1976) menjelaskan bahwa konsep kendiri adalah persepsi seseorang terhadap dirinya dan persepsi itu terhasil dari pengalamannya termasuk peneguhan dari persekitaran  dan orang-orang yang penting dalam hidupnya seperti ibu bapak dan kawan-kawan.

Huffin (2002) menyatakan dari pandangan Teori Rogers, konsep diri ialah semua informasi dan kepercayaan individu terhadap kehidupan mereka, kualitas dan tingkah laku mereka. Menurut Carl Rogers (1902-1987), komponen personality yang utama adalah diri (self), bagian yang dikenali sebagai ‘saya’. Rogers percaya individu yang kurang sehat mentalnya atau tidak dapat menyesuaikan diri bermulai apabila individu tidak mendapat kongruen antara konsep diri dengan pengalaman sebenar dirinya.

Menurut Papalia dan Olds (1979),  tugas paling penting remaja ialah mencari identitas, pencarian kepada persoalan, siapa saya?. Tugas remaja tersebut membina nilai  dan memastikan bahwa mereka bukan burung kakak tua yang mengangguk mengiakan nilai yang ingin ditanamkan oleh ibu bapak mereka. Mereka perlu mencapai suatu keberhasilan yang bisa mereka banggakan dan mengetahuai mana yang kira-kira pantas untuk dipatuhi. Sorenson (1973) menjelaskan bahwa remaja mencari identitas dalam banyak cermin.

Papalia, Olds dan Felman (2001) menjelaskan konsep diri sebagai imej, imej diri kita sendiri. Iala apa yang kita percayai tentang diri kita, tentang siapa kita. Gambararan sebenar tentang kelebihan dan sifat kita.  Jelaslah bahwa imej diri seseorang itu mengenai dirinya, itu adalah konsep diri yang menjadi inti sari personalitinya. Jika seseorang menganggap dirinya dengan negatif, bermakna ia mempunya konsep diri negatif.

Dari perspektif Isalam, seseorang yang mempunyai konsep diri yang tinggi ialah orang yang beriman, berilmu dan bertakwa kepada Allah S.W.T memilik akhlak yang mulia dan tau membedakan mana yang baik dan buruk serta bijaksana dalam menentukan segala hal lihatlah keinggian personaliti atau self-consept Rasulullah S.A.W

Orang yang memiliki konsep diri rendah seperti tidak memiliki cita-cita kecuali yang rendah, penakut, pemalu, mudah putus asa, selalu mengharap pertolongan orang lain, merasa renah diri, tidak bijak dalam menyelesaikan masalah, berakhlak buruk tidak begitu taat kepa Allah S.W.T.

Konsep diri positif

1.      Mempunyai pandangan positif mengenai dirinya serta mensyukuri apa adanya.
2.      Peramah dan mudah bergaul.
3.      Mudah memberi pengharagaan dan tidak pelit dengan pujian tehadap orang lain.
4.      Bersifat terbuka, bersedia menerima pendapat orang lain dan bertimbang rasa.
5.      Memilki rasa percaya diri yang tinggi
6.      Periang.
7.      Merasa bangga apa yang telah dicapai dan tidak takut mecoba perakar yang baru.
8.      Selalu bersifat optimis, ceria dalam apa juga keadaan.

Konsep diri negatif
1.      Mempunyai pandangan negatif terhadap diri sendiri.
2.      Selalu merasa rendah diri.
3.      Suka menyinggung persaan orang lain dan tidak suka menerima pandangan orang lain.
4.      Selalu menimbulkan masalah.
5.      Bersifat curiga, prasangka dan tidak percaya kepada diri sendiri dan orang lain.
6.      Tidak mahu dikeritik baik kawan atau orang tua.
7.      Suka berangan-angan dan mudah risau.
8.      Mementingkan diri sendiri dan mudah menyalahkan orang lain.
9.      Merasa diri tidak ada kelebihan dan takut mencoba perkara-perkara yang baru.
10.   Amat tertekan bila menerima kritikan.
11.   Selalu murung, dan bermuka masam.

Argumen Imam Abdul Qayyim al-Jauziah mengenai Talqin ke atas mayit



Banyak ulama atau aliran menafikan adanya perintah mentalqinkan si mati. Merujuk kepada pandangan imam besar Abdul Qayyib al-Jauziah, sebagaimana dituliskan beliau dalam bukunya (Ar-Ruh):
Dan yang menunjukkan hal ini, iaitu apa yang dibuat orang ramai dahulu dan sekarang dengan membaca talqin kepada si mati di atas kuburnya semua itu tentulah si mati itu mendengar dan mendapatkan mamfaat darinya. Kalau tidak tentulah semua itu tidak ada gunanya. Imam Ahmad rahimaullah pernah ditanya tentang masalah ini, dan ia telah menggap perbuatan itu adalah baik, karena ia telah diamal orang-orang banyak.

Ada sebuah Hadist dha’if  yang disebutkan oleh Thabarani di dalam kitab mu’jamnya dari Abu Umamah ia berkata: telah bersabda Rasululullah S.A.W apabila mati salah seorang kamu, dan telah diratakan tanah kuburnya, maka hendaklah salah seorang kamu berdiri di atasnya seraya berkata: wahai fulan anak si fulana! Nanti si mayit itu akan mendengar, tapi tidak boleh menjawab. Kemudian hendaklah ia berkata lagi wahai fulan binti pulana! Nati ia akan bangun dan duduk. Kemudian hendaklah meneriak lagi: wahai fulan binti fulana!  Kini si mayit itu akan berkata: tunjukilah aku, semoga Allah merahmatimu! Akan tetapi  kamu sekalian tidak dapat mendengarnya. Kemudain hendaklah dikatakan pula: ingatlah sesuatu yang karenanya kau telah keluar dari dunia ini, iaitu syahdat Laa Ilaaha Illalahh, dan bahuasanya Muhammad itu sebagai Rasul Allah, dan bahuasanya engakau telah meridhai Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Nabi dan Al-Quraan sebagai pimpinan! Kelak munkar dan Nakir akan berundur dari situ, yang satu berucap kepada temannya: mari kita pergi dari sini, dan tak perlu kita berada di sini, karna orang ini telah diberi tahu hujjah-hujjahnya, dan Allah dan Rasulnya akan menjadi pendindingnya.
Kemudian sahabat bertanya kepada Rasulullah: wahai rasulullah kalau kita tidak tahu nama ibunya si mati? Rasululullah bersabda: seruhlah orang itu dengan dinisbatkan bintinya kepada Hawwa.

Walaupun Hadist ini tidak sabit sahihnya, namun perbuatan ramai orang mentalqinkan si mati itu telah tersebar di mana-mana tanpa diingkari lagi,  dan itu sudah cukup  untuk diamalkan. Begitu juga Allah belum pernah mentaqdirkan suatu adat  ke atas suatu umat di merata timur dan barat sedangkan umat itu telah sempurna akalnya dan banyak pula pengetahuannya untuk mentatbikkan pembicaraan kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar atau mengerti, padahal umat itu telah menganggapnya baik, tiada diingkari oleh siapapun, bahkan ia merupakan suatu tradisi orang-orang terdahulu untuk diikuti orang terkemudian.

Kalaulah orang yang ditunjukkan pembicaraan itu tidak dapat mendengar, niscayalah ia sama berbicara kepada tanah, kayu dan batu, ataupun kepada sesuatu yang tidak ada. Hal ini meskipun dianggap baik oleh sesetengah golongan namun ada juga sesetengah ulama yang memandangnya buruk dan tidak berasas.
Abu Daud telah meriwayatkan suatu Hadist di dalam Sunannya dengan sanad yang boleh dipakai, iaitu Nabi pernah menghadiri jenazah. Apabila mayit itu selesai dikubur Rasullah S.A.W bersabda: Doakan bagi saudaramu ini supaya teguh, karna dia sekarang ini sedang disoal.
Nabi S.A.W telah memberi tahu kita, bahua si mayit itu sedang disoal, maka sudah tentulah  dia dapat mendengar soalan itu.
Ada suatu riwayat yang sahih daripada Nabi S.A.W bahua si mayit itu mendengar tapak kaki orang-orang yang menghantarkan jenazahnya, tatkala mereka mulai beredar untuk pulang.

Kesimpulan
Meskipun perbuatan mentalqin mayit seperti yang dilakukan tidak diajar secara langsung oleh Nabi S.A.W sebagaimana beliau mengajarkan kita Shalat namun perbuatan ini memandang ada mamfaatnya dan kebaikan-kebaikan karna sesungguhnya agama Islam itu benar sesuatu yang benar (mutlak) tidak ada yang bertentangangan denga Islam, bahkan perbuatan jahhiliah pun yang benar setelah kedatangan Islam dibenarkan. Jadi siapa yang melakukannya tidak salah. Apalagi kalau kita terjemah makna Hadist-hadis Rasululullah S.A.W yang menyentuh mengenai talqin ini secara luas maka kita akan menemui suatu perintah langsung dan yang tidak langsung tentang mentalqin si mati ini. Secara langsung Nabi menyuruh orang yang sedang sakaratul maut untuk diajarkan kalimat tauhid. Secara tidak langsung lihat keterangan Abu Daud di atas, namun cara ini dilakukan dengan cara yang telah dikonsepkan oleh para ulama yang memahami benar permasalahan ini sehingga kta dapati ia telah tertulis dan tersusun.

Begitu juga mengenai hukum mentahlil si mati, perintah secara langsung tidak ada tapi di dalam riwayat Imam Muslim dala Shihnya bahua rasulullah menyuruh orang yang hidup (ahli warisnya) untuk bersedekah dan berbuat amalan yang di niatkan pahalanya untuk si mati karna ini dapat membantu kesulitan-kesulitan si mati tersebut. Seperti yang kita lihat sekarang ini bentuk amalan ini telah dikonsepkan kelihatanannya berbeda namun tujuannya sama, bagi  orang yang sempit dan picik pengetahuannya tentang Islam jadi tertanya-tanya tentang perbuatan ini. Padahal kalau kita fahami dari Hadist-hadis Rasulullah s.a. w begitu banyak dalil-dalil yang menyeruh kepda perbuatan demikian.

Kemudaian ada pula yang bertaya kepada saya kenapa si mati itu harus dibacakan Yaasin padahal tidak semestinya Yaasin surah-surah lainpun sama?.

Maka saya katakana saudara sudah belajar tinggi tentang pengetahuan agama, tidak tahu itu biasa karna manusia tidak lah mengetahui semunya akan tetapi tidak wajar jika saudara memaksakan orang lain untuk mengikut pendapat anda yang tidak tahu itu, sehingga anda menyalahi orang mengamalkan perubatan tersebut. Menganggap anda benar dan orang lain salah. Coba analisa lebih jauh lagi.
Di dalam Hadist ‘An-Nasa’I diriwatkan dari Ma’kil bin Yasar al-Muzani, yang meriwayatkan dari Nabi s.a.w bahwa beliau bersabda
Iqrouu Yaasin inda mautikum (bacalah Yaasin kepada orang mati kamu)
Kemudian Hadist menceritakan hal yang sama akan kita jumpai juga di dalam Sunan At-Turmuzi.
Wallau ‘alam

Selasa, 30 Agustus 2011

Pengertian Aliran filsafat: Epistemologi, Empirisme, Rasionalisme, Positivisme, Intuisionisme, Iluminasionisme, Logika, Esensi, Aksidensi, Abstraksi.


Epistemologi, membicarakan anatara lain hakikat pengetahuan, iaitu  apakah pengetahuan itu sesungguhnya. Juga membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Tatkala manusia lahir ia tidak memiliki ilmu pengetahuan sedikitpun ketika sudah dewasa memiliki pengetahuan banyak sekali. Runes dalam kamusnya (1971) menjelaskan  bahua epistemomologi is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge.
 
Empirisme, kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuannya melalui pengalamannya. Bila dirujuk kemabali kepada kata asalnya, pegalaman yang dimaksuda ialah pengalaman inderawi.  Manusia tahu gula manis karna ia pernah merasakannya. Menurut aliran ini pertama-tama manusaia itu kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lalu ia memiliki pengetahuan, sesuatu yang tiak dapat diamati dengan panca indera bukan dinamakan pengetahuan jadi aliran ini menyatkan pengelaman indera itulah sumber pengetahuan yang sebenar.

Rasionalisme, aliran ini menyatkan bahua akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui  kegiatan akal mengakap objek. Tokoh alira ini Rene Descartes. Aliran Rasionalisme tidak mengingkari peranan indera dalam memperoleh pengetahuan tetapi ia haya sebatas perangsang akal dan memberikan bahan-bahan  yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampai kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi akal bekerja karna ada bahan idera, akal juga dapat menghasilkan pengetahuan tanpa bahan inderawi.

Positivisme, tokoh aliran ini August Compete (1798-1857) aliran ini menyatakan bahwa indera itu amat penting dalam pemperoleh pengetahuan, akan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi melalui eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas dan sistematik. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat dengan kiloan dan sebagainya. Jadi pada dasarnya aliran positivism bukanlah aliran yang khas berdiri sendiri ia hanya menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama.

Intuisionisme, Hendri Bergson adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akalpun terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah, jadi menrut aliran ini pengetahuan kita tentanya juga tidak pernah tetap. Akal juga terbatas, akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek tersebut, jadi dalam hal ini manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak juga dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek, akal hanya mampu memahami bahagian tertentu pada objek kemudian bahagian-bahagian itu digabungkan oleh akal, sehingga terbentuk pengetahuan yang utuh.

Iluminasionisme, aliran ini berkembang di kalangan tokoh-tokoh agma di dalam Islam disebut teori Ksyf, teori ini menyatkan bahua manusia yang hatinya telah bersih, telah “siap”, sanggup menerima pengetahuan tuhan. Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu dengan cara latihan, dalam Islam disebut suluk. Secara umumnya teori ini lebih banyak diajarkan dalam tashawwuf.

Logika,  salah satu cabang filsafat yang telah dikembangkan Aristotel. Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperolehi dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam bentuk logika iaitu formal dan material.
1.      Logika formal,  yang bisa disebut dengan nama logika saja, ialah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk (form)  berpikir.  Logika formal merupakan logika bentuk. Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat  dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperolehi  bila bentuk  berpikirnya benar (material form).
2.      Logika material,  yang meneliti isi kesimpulan itu benar atau salah maka ia disesuaikan isi kesimpulan itu disesuaikan dengan objeknya.

Esensi, ciri yang menunjukkan bahua ia adalah ia sendiri, cirri yang menunjukkan ke-“adaan”-nya suatu zat. Ia boleh dikatakan juga ciri yang tidak boleh tidak  ada pada objek itu, bila ensensi hilang maka benda itu bukan menunjukkan benda itu lagi.

Aksidensi, ciri pelengkap pada zat yang lebih mengkhususkan objek itu dari objek-objek lain sehingga ia dapat dibedakan.

Abstraksi, ialah sesuatu yang tidak wujud dan tidak dapat dibuktikan melalu penginderaan tetapi ia dapat di yakini adanya hanya melalui mata batin. Contohnya kita membuat gambaran dalam jiwa kita tentang bentuk sesorang.

Mengenal Permasalahan kanak-kanak malas belajar


Faktor internal
Faktor internal ialah penyebab yang terdapat dalam diri individu itu sendiri ia terdiri dari faktor fisiologi dan psikologi.
       i.          Faktor-faktor fisiologi seperti masalah kesihatan, cacat, perkembangan dan pemakanan.
     ii.          Faktor-faktor psikologi diantaranya IQ, bakat, minat, motivasi, semangat, rajin dan sebagainya.

 1.3.3 Faktor eksternal
Faktor-faktor ekternal terhasil melalui interaksi luaran dan persekitaran ia dikelompokkan kepada dua bahagian:
       i.          Faktor sosial, meliputi hubungan ibu bapa terhadap anak, cara yang dilakukan dalam mendidik anak, bimbingan ibu bapa, kawan sebaya, hubungan dengan guru, pengaruh media, suasana di rumah atau di sekolah.
     ii.          Faktor non sosial, termasuklah tahap sosioekonomi, alat permainan, disiplin, kurikulum dan masa belajar.

1.3.4 Masalah kesukaran belajar
Pelajar yang mengalami kesukaran belajar dapat di kelompokkan menjadi beberapa bahagian yang dapat dikenal pasti:
1.     Dilihat dari jenis kesukaran belajar:
·       Ada yang berat.
·       Ada yang sedang.
2.     Ditinjau dari mata pelajaran yang di pelajari:
·       Ada yang sebahagian mata pelajaran.
·       Ada yang keseluruhan mata pelajaran.
3.     Dianalisa dari sudut kesulitannya:
·       Ada yang tidak terlalu lama.
·       Ada yang sangat lama.
4.     Dikaji dari aspek penyebabnya:
·       Ada yang bersumber dari faktor IQ.
·       Ada disebabkan selain dari faktor IQ.

         Selanjutnya mengenai pembahasan permasalahan kanak-kanak Hamzah (1996)[3] menjelaskan beberapa tingakah laku kacau bagi kanak-kanak. Istilah ‘kacau laku’ dicipta untuk mewakili pelbagai bentuk tingkah laku yang tidak sesuai, perkaara ini juga dikenal dengan ‘kenakalan’, di Barat tinggakah laku sperti ini dikenal dengan (disruptive) atau ‘tingkah laku kacau’ (disturbed). Ciri-ciri tingkah laku seperti ini:
  1. Tidak mahu bekerjasama. Cotohnya, degil.
  2. Agresi. Cotohnya, mengganggu dan menyakiti orang lain.
  3. Sentiasa mahukan perhatian. Contohnya, mengada-ada.
  4. Konsentrasi buruk. contohnya, enggan mengambil bahagian suka menyendiri.
  5. Ketakupayaan mental. Contohnya, lembab.
 Ciri-ciri kanak-kanak kacau laku dapat dibahagikan kepada dua bahagian sederhana dan serius Hamzah (1996)[4].
Kanak-kanak yang sederhana kacau laku:
1.     Lemah dari segi pencapaian akademik.
2.     Lemah dalam hubungan antara manusia.
3.     Lemah dalam konsep kendiri.

Kanak-kanak yang serius kacau laku:
1.     Pendiam dan enggan berbual.
2.     Pertuturan yang tak bermakna dan mengajuk cakap.
3.     Tingkah laku perangsangan kendiri yang sangat berlebihan seperti sentiasa menggawang-gawang tangan.
4.     Tingkah laku pemusnahan kendiri seperti menghantuk kepala.
5.     Kurang kemahiran mengemas diri dan menjaga kesihatan diri sendiri.
6.     Enggan melayan seperti berpura-pura pekak atau buta.
7.     Enggan menjawab soalan ujian.
8.     Kemahiran hubungan antara manusia yang buruk dan berhati kering kepada orang lain.
9.     Terlalu agresif tanpa provokasi.
10.  Suka memusnah harta sendiri dan harta orang lain.
11.  Gopoh dan hiperaktif.
12.  Suka Mencari perhatian daripada rakan dan guru.
13.  Mudah terganggu.

         Hamzah (1996)[5] adapun kanak-kanak sukar belajar terdiri dari beberapa jenis diantaranya ialah pelajar pangilan pencapai bawah (underachievers), pelajar lembam, pelajar lambat, murid benak (academically difficult) dan terencat akal. Selanjutnya kanak-kanak yang mengalami masalah kognitif dan yang bermasalah sosioemosi juga merupakan gologan sukar belajar. Secara amnya terdapat juga kanak-kanak yang normal mengalami gangguan pembelajaran. Ciri kanak-kanak sukar belajar:
1.     Kelemahan bahasa.
2.     Kelemahan mengira.
3.     Kelemahan dalam metaingatan.

         Kanak-kanak yang sukar belajar juga didapati rendah dalam konsep kendiri, harga diri dan konsep kendiri akademik.  Mereka tidak mempunyai dorongan dalaman dan harapan yang tinggi kepada prestasi belajar. Dari segi intraksi sosial pula kanak-kanak sukar belajar didapati mempunyai ciri-ciri:
1.     Kurang popular.
2.     Disingkir dalam pergaulan.
3.     Kurang menarik perahiatan oleh guru dan rakan.
4.     Kurang kerap berinteraksi dengan guru dan rakan.
5.     Datang dari golongan kelas sosial lemah.
6.     Tidak peka kepada perasaan orang lain.
7.     Tidak berupaya melihat dari sudut pandangan orang lain.
8.     Tidak berupaya membaca isyarat sosial seperti ekspresi muka dan utauan tangan.
9.     Tidak berupaya mentafsirkan perbezaan dalam nada suara semasa mendengar perbualan.




Nilai-nilai budaya barat sumber penyakit jiwa



Nilai-nilai yang diterapkan dalam peradaban barat seolah membuat masyarakat rentan terhadap penyakit jiwa. Kebudayaan yang tersebar, pandangan akan arti kehidupan, teknologi yang tidak sepenuhnya menjaga tabiat dasar manusia serta pola pembentukan generasi masyarakatnya yang dimulai dari keluarga dan bangku sekolah, semua ini membentuk interpretasi indivdidu pada ketidakseimbangan dalam dirinya, pandangannya atas ketidakseimbangan tersbut dan gaya interaksinya dengan ketidakseimbangan itu.

Interpretasi inilah yang kemudiannya menjadi pemicu penyakit dalam dirinya dan tidak jarang menjadi sumber utamanya. Ada beberapa penyebab biologis yang memicu penyakit kejiwaan, seperti faktor genetik, cacat tubuh, luka dan sejenisnya. Adapun faktor fisik seperti epilepsi, rendah diri dan traumatis. Namun kedua penyebab tersebut tidak akan cukup memicu munculnya penyakit kejiwaan hingga disertai dengan interpretasi dan persepsi individu akan apa yang dimaksudkan dengan penyakit kejiwaan. Dengan demikian dapat disimpulakan penyebab biologis dan fisikis hanyalah pengaruh yang sangat lemah dalam menimbul goncangan kejiwaan pada sebagian orang, di saat kekuatan diri stabil dan merekapun mampu berinteraksi secara baik dengan semuanya.

Adapun penyebab lain yang rentan dan menimbulakan goncangan kejiwaan, seperti fisik yang buruk dan pembentukan keperibadian yang salah. Ada juga penyebab langsung yang menimbulkan goncangan kejiwaan seperti kerisis kesehatan, materi, keluarga, masyarakat dan pekerjaan. Tapi yang terpenting adalah bahwa penyebabnya adalah karena cara individu menyikapi kedua sebab eksternal tersebut.

Kehidupan tidak terlepas dari problematika. Anak kecil memiliki problematikanya tersendiri. Kaum remaja, Pernikahan dan bahkan masa tua mempunyai problematika tersendiri. Persepsi individu terhadap dirinya sendiri, kehidupan dan lingkungannyalah yang akan menjadi bentengnya. Problematika yang ada dalam diri dan kehidupan yang akan menuntut respons dari dalam dirinya, hingga bisa dilihat, apakah ia bisa menghadapinya dengan baik hingga kehidupannay menjadi normal, ataukah ia gagal menghadapinya sehingga jatuh sakit. Nilai-nilai kebudayaan barat tidak tidak mempersiapkan masyarakatnya untuk mampu menhadapai semua itu. Inilah akhirnya menjadi titik lemaahnya.

Problematika Negara-negara maju mulai berbalik arah. Mereka tidak lagi kekurangn nutrisi dan obat-obatan. Setelah kebutuhan keduanya terpenuhi, kini mereka mulai kehilangna makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.

“manusia masakini banyak mengalami depresi, walau mereka memiliki kecukupan ekonomi. Dunia teknologi telah membentuk suatu kerangkeng yang memisahkannya dari habitat aslinya di mana dulu ia bisa berkembang. Mereka menjadi dan merasa gagal dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yang tidak akan bisa tergantikan oleh apapun jua. Manusia masa kini layaknya binatang yang bebas dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya di kebun binatang”.

Para psikolog pun menyepakati adanya krisis jati diri manusia. Sorang psikoanalisis terkenal DR. Eric Fromm mengadakan penelitan yang begitu lama dalam ungkapan:
“Perenungan tematis (bila kita hendak menjadikan tabiat manusia sebagai satu pelajaran) menunjukkan bahwa aktivitas kehidupan lebih didominasi oleh faktor kesenangan radikal yang tidak bisa mengantarkan manusia menuju kebahagiaannya. Dalam perenungan tersebut dijelaskan penyebabab hal tersebut. Namun demikian, walaupun tanpa analisis tematis , kita bisa mengamati secara langsung dan jelas bahwa segala usaha kita untuk mendapatkan kebahagiaan tidak menghasilkan ssesuatu yang berarti. Kita adalah masyarakat yang sengsara dan pander. Kita mengalami kesendirian, depresi, keterputusasaan, dan menuju kehancuran. Manusia seolah merasakan gegembiraan di saat mereka mampu menghamburkan waktu yang telah diinvestasikan sebaik mungkin.

Masyarakat kita adalah percobaan terbesar yang hendaknya mampu menjawab pertanyaan, Apakah pemuasan (sebagai kesatuan negatif dan merupakan kebalikan dari kesatuan positif), kesenangan dan kegembiraan mampu menjadi jawaban yang terbaik untuk mengungkap eksistensi manusia?. Dalam masyarakat kita dan untuk pertama kalinya dalam sejarah terbukti bahwa pemenuhan dorongan untuk mencapai kepuasan diri tidak hanya dilakukan oleh kaum minoritas saja.Pemenuhan untuk mencapai kepusan hidup ini menjadi satu kesenangan lebih dari setengah masyarakat yang ada. Di lain sisi, satu Negara yang dijadikan sampel penelitian ini menafikanpertanyaan di atas. Pemikiran teoritas dan juga beragam informasi seolah menyatakan pernyataan pakar psikolog industry yang menyatakan bahwa usaha untuk merealisasikan kepentingan individual merupakan satu usaha dalm merealisasikan keselarasan, kedamaian, dan kegembiraan bagi masyrakat”.

Kemajuan teknologi belum meainkan peranan apa pun yang bisa meringankan kerisis tersebut. Bahkan, “keyakinan bahwa ilmu pengetahan mampu mengatsi banyak masalah dalam kehidupan keseharian adalah satu kebohongan besar. Bisa dikatakan bahwa teknologi menimbulkan satu permasalahan babru di saat ia berusaha untuk mengatasi permasalahan yang lama”.
Peradaban barat galal dalam memanusiakan manusia.

Pernyataan dari pakar psikolog pun makin memperkuat hal tersebut. Hal ini tampak dari banyaknya penggunaan obat-obat penengang serta banyaknya kunjungan ke rumah sakit jiwa dan pusat rehabilitasi. Sungguh hal yang sangat mengejutkan ketika didapatkan data bahwa setengah masyrakat di sana masuk dalam pengawasan rumah sakit jiwa dan setengah laginya dalam antriannya.

Di Ingris, sekitar 170.000 pasien mendatangi rumah sakit jiwa guna mengobati beragam penyakitpikiran yang mereka hadapi, dan sekitar 16.000 lainnya dinyatakan mengalami gangguan pikiran kronis. Pada tahun 1982, Perancis telah menggunakan lebih dari 1000 botol obat tidur dan obat penenang. Di Amerika, jenis penyakit yang mana penderitanya diharuskan meminum obat penenang. Selain itu, telah dijual bebas lebih dari 6000 jenis obat-obatan serupa.

Kecanduan pada alkohol dan obat-obat terlarang, keretakan rumah tangga, kriminalitas, penyimpangan seksual, lemah ingatan, gangguan kejiwaan dan penyakit fisik adalah hal yang biasa bahkan meningkat secara drastis. Pers memberitakan hal tersebut dan organisasi kesehatan mulai banyak merebak dengan jumlah yang sangat besar. Namun tampaknya depresi yang terjadi di Barat mulai mengarah kepada tidakan bunuh diri.

Dalam majalah kesehatan Paris, dikabarkan bahwa bunuh diri yang terjadi mencapai perbandingan 3-5 orang dalam jumlah 1000 orang pada individu usia 15-24 tahun, dan mencapai perbandingan 1,5 hingga 3 orang dalam seribu orang pada individu usia 25-44 tahun. Dalam ruang emergensi Paris pada tahun 1986, ditemukan 17.000 kasus bunuh diri yang banyak dilakukan oleh para remajanya.

Politik: Revolusi pemikiran bangsa Indonesia


INDONESIA hari ini telah menempuh babak perubahan-perubahan nasional konsolidasi dan nasional progres namun hasil yang kita capai boleh dikatakan belum bisa dibanggakan. Beragam persoalan dalam negeri sampai saat ini masih semerawut belum dapat diselesaikan secara tuntas terutama dari segi hukum, ekomomi, politik dan pendidikan masih jauh tertinggal di belakang. Ditambah lagi pemimpin-pemimpin kita suka menghambur-hamburkan uang negara dan bermewah-mewah, lengkaplah sudah penderitaan rakyat.

Keluh kesah masih lagi terdengar di seantero jagad bumi Indoesia yang memimpikan negara adil dan makmur. Mereka berteriak di sana sini memperjuangkan hak dan keadilan dan mencari jawaban masalahnya, permasalahan yang menyebabkan kemunduran rakyat Indonesia, permasalahan yang menjadikan kita bangsa yang tertinggal. Ramai orang yang mengaku pahlawan dan ramai pula yang di kambing hitamkan. Sampai detik ini kita belum menemui jalan keluar dari kemelut persoalan yang melanda. Tertinggal, ya…masih jauh ketinggalan.

Negara kita masih jauh tertinggal dalam segala lapangan kehidupan, angka kemiskinan masih tinggi, pembangunan ekonomi tidak tentu arah. Banyak anak negeri yang tidak dapat menikmati kekayaaan di negeri sendiri, mencari sesuap nasi di negeri orang. Ditambah lagi penganguran kian meningkat dan kriminalitas kian meraja lela, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin tersiksa. Hak-hak rakyat tidak disampaikan dengan benar, pelecehan hukum semakin terasa yang begitu merendahkan harkat dan martabat bangsa Indonesia itu sendiri. Akhirnya muncul pertanyaan:
Siapa yang harus dipersalahkan?
Siapa yang harus bertanggung jawab?. Siapa.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan yang sebenarnya bukan terletak di tangan orang lain atau pun dalam genggaman kelompok tertentu melainkan di tangan kita sendiri. Oleh karna itu kita jangan takut dengan perubahan sekiranya menginginkan perubahan besar di kalangan rakyat Indonesia. Baikpun seorang pemimpin, usahawan, ilmuan dan rakyat jelata untuk berperan aktif mengambil peranan masing-masing dalam memajukan dan memperjuangkan nasib bangsa. Kesalahan-kesalahan itu terletak di dalam pemikiran dan cara hidup orang Indonesia itu sendiri, mereka lebih gemar berpura-pura. Berpura-pura pahlawan, berpura-pura membela rakyat, berpura-pura dan terus seperti itu. Kita hentikan saat ini juga kepura-puraan itu. STOP.

Kiranya perubahan itu benar-benar ingin dilaksanakan, maka perubahan itu hendaklah dimulai dengan membenci dan meninggalkan budaya-budaya kotor yang sudah bertapak hampir dalam setiap jiwa, sepeti budaya korupsi, politik adu domba, dan mementingkan kepentingan pribadi dikalangan pemimpin, kepentingan kelompok, kebiasaan-kebiasaan buruk di institusi-institusi yang banyak beredarnya uang haram, menambah susah rakyat yang memangnya sudah kesusahan. Budaya seperti ini sudah mendarah daging meskipun sulit untuk dirubah dan memerlukan pengorbanan dan waktu yang tidak sebentar tapi kita jangan berputus asa tetep terus berjuang.

Kita telah terbiasa dengan cara hidup yang buruk itu. Apabila sesuatu kaum itu telah terbiasa dengan budaya-budaya buruk di lingkungannya mereka tidak menganggap lagi perkara itu suatu keburukan karana ia telah berkembang menjadi tradisi. Walaupun dimata bangsa lain hal seperti itu perkara yang menghinakan dan begitu menjijikkan.

Kalaulah ada segelintir orang yang tulus hendak merubah tradisi yang sudah berakar seperti ini maka akan ditentang dengan hebat dituduh menyalahi sitem, menentang undang-undang dan sebaginya. Itu hanyalah alasan saja, alasan orang-orang yang mempunyai kepentingan. Biasanya mereka yang menentang terhadap perubahan yang sudah jelas-jelas mengarahkan kepada kemajuan bangsa dan kemakmuran, orang-orang yang merasa kepentingan pribadinyaterancam. Mereka memperalatkan rakyat, mengatasnamakan rakyat demi mejaga kepentiang-kepentingan tersebut. Sebagian rakyat yang bodoh mudah menerima hasutan, rela menjadi pahlawan kesiangan, rela mati sementara ia sendiri tidak tahu untuk apa ia mati atau mati demi membela kepentingan segelintir orang. Sungguh hina, dan merugi. Terkadang tidak segan-segan kita bentrok sesama sediri, saling bunuh, saling caci. Sebagaimana pepatah kuno mungkin ada benarnya “orang makan nangka kita yang kena getahnya”.

Jadilah rakyat yang berpikran waras atau setidaknya sedikit lebih waras. Kemajuan itu tidak dapat dicapai hanya dengan demontrasi dan melakukan kekerasan dan saling bertengkar. Seribu kali sehari kita melakukan demontrasi belum tentu kita akan mendapatkan perubahan seperti yang kita harapkan tanpa adanya kesadaran yang mendasar di setiap lapisan masyarakat untuk berubah. Kalau kita mau belajar dari negara-negara maju sekarang ini, dulunya mereka selalu mencoba melakukan perubahan-perubahan. Tidaklah berlebihan kalau saya mengatakan bahwa kemajuan itu akan dapat dicapai dengan malakukan banyak perubahan.

Undang-undang bukanlah kitab keramat, tidaklah berdosa jika dirubah atau disesuaikan bila ia sudah tidak laku lagi dengan tuntutan zaman kenapa tidak diganti dengan yang lebih baik. Cara-cara baru yang lebih efektif. Yang lebih mendukung dan mengarah ke arah perubahan dan pencerahan. Jika memang rumusan-rumusan Negara yang ada saat ini jitu dan ampuh mustahil bangsa kita mengalami kerisis dari segala aspek kehidupan. Krisis moral, krisi material dan yang lebih menyedihkan lagi krisis malu dikalangan pemimpin kita.
Oleh karna itu jika ada orang yang membawa agenda prubahan postif yang akan membawa kemajuan rakyat jangan takut dukunglah, semangatilah dan perjuangkanlah. Demi masa depanmu, masa depan negaramu, masa depan anak cucumu nanti.

Dan satu lagi yang perlu diingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia tertuama sekali mahasiswa, jangan mudah terprovokasi oleh golongan-golongan yang tidak bertanggung jawab, bernafsu kotor dan pengecut. Yang tidak ada kejelasan arah dan tujuan perjuangannya. Mereka hanya berpura-pura menjadi pahlawan tapi sebenarnya pecundang. Seandainya kita selalu mendukung kezaliman maka jangan bermimpi untuk terlepas dari cengkeraman pemimpin yang zalim, pemimpin yang hanya tahu menindas rakyatnya. Jadilah rakyat yang yang tidak buta bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Mana pemimpin yang benar-benar ikhlas dalam memperjuangkan nasib rakyat kepada keadaan yang lebih baik. Itulah yang harus didukung, Dari sini jelaslah perubahan yang sebenarnya ada ditangan kita masing-masing.

“Membenci setiap kezaliman mencintai kebenaran dan keadilan dari siapapun dan di manapun ia berada”.

Seperti itulah rakyat yang bijak. Bukan yang taat pajak saja.

Kita sudah mual dan pingin muntah, mendengar hinaan yang di tujukan kepada negara kita di media-media, surat kabar dan isu-isu yang tidak bertanggungjawab lainnya. Terutama sekali pandangan sinis dunia Internasional, yang mengatakan Indonesia bermacam-macam pelabelan; bangsa paling jago korupsi, bangsa pembantu rumah tangga, banggsa yang mundur, bangsa yang ketinggalan, bangsa yangmiskin, bangsa pengekspor kuli dan banyak lagi singgungan-singgungan membuat sakit telingga yang mendengarnya.
Di luar Negeri orang Indonesia malu mengaku ‘orang Indonesia’ karna kata “Indonesia” itu sendiri tidak ada yang ingin dibanggakan, yang bisa membangkitkan persaan percaya diri sebagai rakyat Indonesia.

Kita tidak bisa menyalahkan orang lain, karna apa yang mereka katakan berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar. Yang terpenting sekarang ini untuk kita mulai berbenah dan menyadari kelemahan-kelemahan. Kita satukan pandangan dan cita-cita demi untuk kemajuan bangsa. Dan kita harus berani berkorban baik kepentingan pribadi, kelompok, partai, suku, golongan demi kepentingan bersama, “meninggikan harkat dan martabat bangsa”.

Jangan takut berkorban, pengorbanan kita hari ini adalah aset kekayaan yang sebenarnya yang akan dikenang dan ditulis dengan tinta emas, menjadi kebanggaan generasi kesekian abadnya, akan disanjung tinggi oleh orang-orang yang bijak. Jika hasrat ini telah bertaut dalam setiap pemimpin dan segenap lapisan rakyat bangsa kita maka perubahan yang besar bukanlah mustahil terjadi.

Perlu kita renungkan pemimimpin yang agung itu lahir dari rakyat yang agung dan pemimpin yang zalimpun lahir dari rakyatnya yang zalim. Pemimpin itu tidak akan lahir jika yang dipimpin tidak merestuinya. Jika lahir pemimpin-pemimpin yang suka merampok yang dipertanyakan rakyatnya. Jika ada pemimpin yang zalim yang dipertanyakan kenapa rakyat mengkatnya jadi pemimpin.

Meskipun kita sadar akan perkembangan yang berlaku di sekeliling kita terutama usaha-usaha yang dilakukan oleh setengah golongan untuk mempercepatkan kehancuran bangsa ini. Kita harus menghadapinya dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Setiap rakyat harus bersatu memainkan peranan masing-masing yang jelas tekad dan tujuan kita sama. Terus berjuang, perjuangan ini bukan saja perjuangan yang menentukan maju atau mundur, malah suatu perjuangan hidup atau matinya suatu bangsa. Inilah yang perlu disadari oleh seluruh rakyat Indonesia.
Lalu ada apa dengan bangasa ini?.

Meskipun kita telah berabad-abad lamanya hidup dalam penjajahan tapi tidak semestinya jiwa dan pemikiran kita dijajah terus-menerus. Kita sudah merdeka, penjajahan telah lama berlalu ambillah mamfaat darinya tinggalkan pemikiran-pemikiran dan ideologi-ideologi mereka yang tidak sesuai lagi untuk kemajuan bangsa kita saat ini. Kita sudah merdeka. Merdeka…!




***