Rabu, 07 September 2011

Asal Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia



Bahasa Indonesia terbentuk dari bahasa kesusteraan Melayu lama, yang pernah disebut juga bahasa Melayu-Riua atau Melayu-Johor. Walaupun bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan dan modernisasi namun dasarnya tetap asli. Sebab itulah dalam ilmu bahasa dan ilmu perbandingan bahasa namanya disebut bahasa Melayu, supaya jangan terjadi kekeliruan dengan bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Nama ‘Melayu’ dalam bahasa kuno ‘Malayu’ perkataan ini dijumpai pertama kalinya nama sebuah kerajaan tua di daerah Jambi Sumatera yang terletak dikepulauan Indonesia. Kerajaan itu menurut para sejarawan berdiri di tepi sungai Batang Hari Jambi. Kerajaan ini merupakan transmigran sebuah kerajaan India kuno, berbentuk kerajaan kecil itu diatur menurut adat istiadat India. Seperti gelar raja, bahasa dan bentuk-bentuk budaya lainnya.

Kemudian abad ke-7 kerajaan Malayu tersebut ditaklukkan oleh kerajaan Shriwijaya (sekarang dieja Sriwijaya) dan baru dapat membebaskan diri pada kahir abad ke-12. Kerajaan Shriwijaya itu pula berasal dari imigran sebuah kerajaan India yang memkai adat istiadat India dan bahasa Sangskerta pula. Kerajaan Shriwijaya ini banyak prasasti peninggalannya ditemui di Palembang-Indonesia, terutama di kepulauan Bangka dan sekitara Bandar Palembang. Menurut pakar sejarah di sinilah letak tapak kerajaan Shriwijaya itu. Sementara di Jambi juga ditemui prasasti yang diduga besar kemungkinan daerah jajahannya. Selama 500 tahun kerajaan Malayu Jambi di jajah Shriwijaya sehingga ketika tahun 1024 M, kerajaan Shriwijaya diserang oleh kerajaan Cholamandala di India dan Shriwijaya dapat dikalahkan. Kemudian Shriwijaya memindahkan pusat pemerintahannya ke Malayu (Jambi) dan kota itu menurut catatan sejarah dikenal dengan Melayur.

Setelah Islam mulai berkembang dengan cepat dan meluas peranannya dapat mempengaruhi ajaran Hindu yang banyak mengalami perubahan kebudayaan. Dengan masuknya pengaruh kebudayaan Islam berakhirlah kerajaan Malayu dan kerajaan Hindu tersebut. Berdasarkan penelitian para sejarawan tidak ada kesusteraan yang ditinggalkan melainkan pengaruh bahasanya.

Walaupun bahasa Melayu saat ini mengalami perubahan diaek yang berbeda-beda mengikut perkembangannya namun ia tetap bersal dari induk bahasa yang sama iaitu bahasa sangskerta dan pegaruh bahasa Arab. Sejarah membuktikan perbandingan antara tulisan-tulisan prasasti peninggalan kerajaan Shriwijaya memiliki bentuk bahasa yang sama dengan bahasa Melayu saat ini lihat contoh berikut:

Bahasa Sangskerta,  vulan=bulan/ Sumpah=sumpah/ Java=jawa/ bhumi=bumi.

Bahasa Arab, wujud=wujud/ insan=insan/ hak=hak/ bab-bab.

Bukti perkataan tersebut banyak dijumpai di prasasti peningalan kerjaan Sriwijaya dan kerajaan Islam kuno di kepulaun Nusantara.  Jadi dapat disimpulkan wujudnya bahasa Melayu baru dari kebudayaan Melayu lama yang terbentuk dari campuran antara bahasa Sangskerta dan bahas Arab. Kemudian mengenai bahasa Sangskerta berasal dari induk bahasanya iaitu Austronesia. Karana menurut ahli perbandingan bahasa ciri bahasa Autronesia tidak ada perbedaan untuk kata ganti seperti “Dia” dalam Inggris she/he. Tapi tidak ditemui dalam bentuk bahasa Autronesia.

Indeks
Dr. C. A. Mess. Tata Bahasa dan Tata Klimat. Diterbitkan di Bandung 1965. Di cetak kembali University of Malay Press 1969 Kuala Lumpur. 
Dr. N.J. Krom, Hindoe-Javaasnsche Geschiedenis, hal 131.
Majumdar. An Advanced History of Iindia, Jil I, hal,211.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar